Udah hampir satu minggu balik dari Bali. Tapi tetep, kepikiran kopi.
Kopi tutmak.
Kopinya sih kopi biasa, cuma waktu itu emang gue pesen yang latte karna gak gitu bisa mencerna espresso. Entah karena euphoria "lagi di Bali' atau emang kopi itu berasa enak banget, toh sampe sekarang gue masih kepikiran. Apalagi, pas banget ketika sampe di jakarta keadaannya lagi hujan. Huh. What a great time to enjoy some fine coffee.
Kadang-kadang sering terlintas di pikiran, kenapa gue jarang minum kopi enak. Padahal gue sering banget minum kopi.
Satu-satunya tempat yang paling mudah dijangkau dari rumah dan menyajikan kopi yang enak menurut gue saat ini adalah starbucks. Sebenernya sih banyak juga coffee shop yang bermunculan di jakarta, yang merknya lebih lokal. Tapi toh ternyata gue masih lebih suka kopinya starbucks. Ini juga yang bikin gue kadang heran sendiri karena setau gue, negara ini adalah salah satu penghasil kopi yang paling berkualitas di dunia. Tapi kenapa... gue malah memilih minum kopi di salah satu aikon kapitalisme amerika ini? kenapa??? Mungkin selera gue yang aneh, atau mungkin emang coffee shop2 lokal itu emang kalah pintar meramu kopi-kopi lokal jadii kopi yang enak macam yang dilakukan sama starbucks? Hope the coffee expert will tell me someday...
By the way, belum lama gue juga punya pengalaman yang bisa di share mengenai coffee shop lokal. tempatnya agak jauh sih blog, di Bandung. Lumayan terkenal juga di kalangan pencinta kopi.
Jadi, suatu hari gue dan keluarga berkunjung ke tempat ini. Sejujurnya, gue suka banget sama ini tempat. Arsitektur.. idenya buat bikin sebuah tempat minum kopi yang menyenangkan. Jenis kopi yang ditawarkan juga banyaak banget. seriusan bikin ngiler dan pengen nyobain semua. Tapi emang dasar gue agak males ngambil resiko di percobaan pertama, makanya selalu milih kopi yang sama. Coffee Latte. Rasanya cukup enak. Kopinya lumayan kenceng. dan sepengetahuan gue.. kopi yang mereka sajikan adalah kopi lokal. Hmm... menarik, walaupun gak sempet nanya kopi apa yang mereka gunakan. Tapi enak.
Keesokan harinya, harus bangun pagi. Ada jadwal screen test para aktor senior yang bakal main di film yang lagi gue garap. Bahkan, pagi ini gue udah janji sama salah satu diantara mereka untuk menjemput di bandara.
Tapi, sebuah keadaan yang gak nyaman harus gue alami beberapa waktu setelah minum kopi tadi. Sepanjang malam enath kenapa perut ini berasa mules gak karuan. bolak balik ke toilet sampe jam 3 pagi. Alhasil, cuma punya beberapa jam tersisa sebelum memulai hari. Sial.
Sisa waktu itu pun gue gunakan buat sekedar tidur ayam. karena gak mungkin, blog tidur pulas dengan keadaan seperti itu. Hmmffh...
Dan.. pagi hari pun tiba. Gue terbangun dengan keadaan seperti remuk redam. Kurang tidur. kepala pusing, mual dan sakit perut secara bersamaan. Rasanya seperti abis mabuk berat tadi malem. Hmmfhh.. gawat.
Untungnya hari itu screentest berjalan lancar walaupun sepanjang hari gue masih berasa gak enak badan. Sial. Gak menyalahkan kopi yang gue minum sih, walaupun kini gue punya julukan baru buat kopi itu: kopi setan, karena efeknya yang luar biasa.
Gue tetep akan mencoba kopi lainnya di tempat tadi, di lain waktu ketika punya kesempatan berkunjung ke Bandung. Mudah-mudahan kali ini badan cukup fit sehingga gak berlawanan sama zat-zat yang terkandung dalam kopi itu. Sementara itu, gue akan tetap menempatkan kopi 'tutmak',Bali sebagai kopi favorit saat ini diatas starbucks, sambil berharap di Jakarta muncul sebuah coffee shop yang lokal, yang kopinya enak, original dan murah. yep. murah!
4 comments:
Bukan karena euphoria Bali, tapi emang kopinya tutmak kelewat manstab!! So, when we will go to Bali (ubud to be precise) to enjoy tutmak's coffee?? ;)
cappuccinonya four seasons jimbaran cong.. enak gilaaaaaaa...!! apa karena gratis ya? nggak ah! enak asleeeee!!! :p
kopi tutmaknya bisa didpt dimana, me?
@galuh:ayo kita ke ubud lagi!
@anna: gratisan kali tuh!
Ptiany: di ubud, sep tempatnya...
Post a Comment