Friday, April 11, 2008

sun beneath those clouds

Ola!

Mungkin bener kata-kata si Tomi beberapa tahun lalu yang bilang “there’s always sun beneath the clouds”. Dulu, waktu doi bilang kata- kata ini, gue cuma bisa berpikir.. yea, mungkin aja sih tom. Tapi gue gak pernah bener-bener percaya. Maklumlah anak muda. Pikirannya negatif mulu. 


Tapi, gak selamanya kan lo akan jadi anak muda yang pikirannnya negatif kaya gini?


Seiring berjalannnya waktu, banyak hal yang akan lo alamin yang secara sadar atau gak sadar bisa merubah lo as a person.

 

Proses pembuatan ayat-ayat cinta adalah salah satu bentuk nyata kenapa kemudian gue bisa percaya sama kata-kata temen gue ini. Masih seger aja memori gue akan berbagai kesulitan dan cobaan yang gue hadapain saat bikin ni film. Kadang-kadang gue sampe frustasi karena emang terkadang masalah yang dihadapin itu sering gak masuk akal, dan gak pernah terbesit di otak aja.

 

But in the end, everything’s going well. Filmnya laku berat. Banyak orang yang mengapresiasi film ini dengan ngasih tanggapan macem-macem. Di berbagai media, semua orang ngomongin ni film. Ada yang baik, ada yang buruk.

 

Dan itu, cukup buat gue buat ngebuktiin kata-kata Tomi.

 

Obrolan di mobil barusan sama si Riri tentang casting = broadcast in Games (semacam inisiasi jurusan broadcast ui) juga mengingatkan gue tentang hal yang sama.  Gue inget banget gimana susahnya jadi panitia acara ini, ngebuat sebuah acara selama 3 hari 2 malem yang melibatkan ratusan orang dari angkatan 1997 angkatan 2004.

 

For some people, mungkin acara ini gak penting. Tapi paling gak, buat gue dan riri ini adalah sebuah perjalanan spiritual. Agak berlebihan mungkin… But it is a spiritual journey. Mungkin disinilah gue belajar untuk harus survive dalam keadaan se- menyebalkan dan se-tidak mendukung apapun…

 

Ketika jadi panitia (disini jadi ketua acara), banyak orang di angkatan yang menganggap gue dan temen-temen gue semacam kelompok yang terlalu banyak mengatur, banci tampil dan mengeksklusifkan diri. Tapi, terlepas dari itu semua, gue dan beberapa orang panitia inti menelan tanggapan2 miring itu dan  sambil tetep mencoba untuk fokus demi berlangsungnya acara tersebut dengan lancar. Kalaupun ada 80 orang yang musuhin kita, masih ada 10 orang lagi yang percaya dan yakin kalo kita bisa ngelewatin masa-masa sulit ini bareng-bareng. Menyakitkan emang, ketika lo berusaha buat bikin sesuatu secara serius , tapi orang-orang di sekitar lo justru gak menghargai hasil kerja keras lo itu.

 

Tapi semuanya terbayar sudah ketika acara itu berjalan dengan lancar. Dan sampai saat ini, belum pernah ada lagi acara casting yang se-kreatif dan se-seru itu. Bahkan ada beberapa poin acara yang gue dan temen2 gue bikin, masih dijadiin acuan hingga sekarang. Huahahha. We did it, guys!

 

You’re right, tom. There’s always sun beneath those clouds…

3 comments:

ginatri noer said...

Hahaha, sensi lo gw bilang casting ga penting :p
Tapi me, gw amat menghargai kalian yg rela jadi panitia di tengah situasi kampus yg tak mendukung saat itu. Dan gw tetep merasa orang2 yg bilang kalian banci tampil dan eksklusif itu cuma orang2 bodoh, um.. Childish lebih tepatnya, yg sirik... At that time ya... Hehehe. Tapi mungkin kalian juga kurang komunikatif :p
Eniwei... Toh sekarang keliatan kan, kalian udah jadi "matahari" dan para "awan mendung" itu udah jadi... Eh, udah jadi apa ya mereka? Hahaha.

Riri Jundarso said...

yeeeaaah!! we did it!! hahahaha..

miss those moments, though..

Maddy Pertiwi said...

HAHAHAHAHA tapi suer Me gw gak pernah ada isu 'eksklusif' itu sampe akhir lulus D3. Basi banget ya,, Mungkin karena gw orangnya waktu itu gak mo susah kali ya. Ada yang jadi panitia inti bikin tugas gw ringan (sesuatu yang ternyata salah besar!!! Karena tugas Humas menemani para dosen yang inspeksi itu keliling!!! SIAL!!!). Kangen banget masa2 itu hehehe