Wednesday, April 02, 2008

the morning view

  Setiap pagi di bulan itu, sebelum berangkat nenek selalu membawaku ke sebuah toko di pinggir jalan dekat rumah untuk membeli beberapa potong roti selai. Atau roti pisang, kataku, karena bentuk roti itu memang lebih mirip pisang daripada selai. Maklumlah, anak-anak seumurku kala itu memang cenderung mengidentifikasi barang menurut bentuknya. Sama ketika aku memanggil nenek dengan sebutan ibu, dan memanggil ibu kandungku dengan sebutan mama. Interpretasiku kala itu, bahwa mama adalah sebutan untuk orang tua yang tidak terlalu tua. Sedangkan ibu adalah sebutan untuk orang tua yang sudah benar-benar tua, seperti nenekku ini. 

  Aku memang dekat sekali dengan Ibu. Saat baru lahir hingga umurku 5 atau 6 tahun, aku tinggal bersama ibu di kota Malang, terpisah dari mama, papa, dan kakak lelakiku yang tinggal di Jakarta. Mama kewalahan karena kala itu Mama sedang menyelesaikan kuliah S2nya sambil bekerja hingga tidak mampu mengurus 2 anak sekaligus, hingga mama meminta bantuan ibu untuk mengurusku. Ibu dan Bapak (kakekku) senang sekali dengan keberadaanku di dekat mereka. Hampir di setiap kegiatan yang mereka lakukan, mereka selalu mengajakku ikut. Lebih-lebih setelah mereka pensiun dari pekerjaannya.

  Seperti beberapa hari ini. Ibu mengajakku untuk ikut ke tempat kerja barunya di sebuah yayasan di tengah kota Malang. Aku tidak tahu apa namanya, yang jelas tempat ini besar.. sekali. Sebagian besar penghuninya adalah anak-anak, sehingga disini banyak sekali mainan. Disebuah ruangan yang cukup besar, terdapat berabagai mainan. Tempat itu seperti surga bagiku, karena disitu aku bisa bermain apa saja yang aku mau. Salah satu favoritku adalah kasur air, yang dari atas kasur itu kamu bias melempar bola basket ke dalam keranjangnya. Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk melempar bola berulang-ulang seperti itu.

  Terkadang ada beberapa anak yang ikut bermain denganku. Tapi anak-anak iu terlihat agak aneh bagiku. Banyak diantara mereka yang memiliki bentuk bibir yang tidak sempurna. Atau ada juga yang berada diatas kursi roda, dengan kepala yang sangat besar dan agak mengerikan bagiku ketika perta kali aku melihatnya. Anka berkursi rodan dan berkepala besar itu selalu didampingi oleh seorang wanita muda berpakaian putih-putih sama seperti nenekku. Selain itu, kemana pun dia pergi, selalu ada kotak air diatas kursi rodanya. Kotak air minum, pikirku.

  Ketika aku mulai bosan, aku pun mencari Ibu. Mengikutinya kemanapun dia pergi. Suatu saat dia berjalan ke sebuah ruangan penuh kaca dan penuh Box bayi seperti milikku di rumah, yang sudah lama tidak kupakai karena sudah tidak muat lagi untuk aku tiduri. Ibu menyuruhku untuk tinggal di luar ruangan. Dari luar kaca, aku bisa melihat anak-anak kecil sedang tidur di dalam box itu. Salah satunya bayi terlihat tidak sehat.kulitnya sangat gelap, kurus dan memakai alat di hidungnya. Dari kejauhan kemudian aku melihat ibu mengangkat seorang anak dari box, mengusap wajah mereka, dan menyuapi mereka makan. Aku berjalan lagi menyusuri ruangan kaca itu dan terhenti ketika  aku melihat seorang anak yang sangat kurus, dan berkepala sangat besar. Dari besar badannya yang seperti anak bayi, kepalanya jadi terlihat amat sangat besar jika dibandingkan dengan anak berkusi roda yang sering menjadi teman bermainku. Matanya menatapku begitu saja, diam tak suara. Kasian sekali, pikirku.  Lama kau menatapnya, hingga aku menitikkan air mata... 

  Air mata itu membasahi mataku lagi pagi ini.  Aku teringat akan ibu. Berjuta pertanyaan di benakku untuknya. Aku ingin tahu cerita-ceritanya tentang anak-anak yang aku lihat beberapa belas tahun yang lalu. Aku ingin tahu siapa mereka, aku ingin tahu apa yang terjadi kepada mereka, aku ingin tahu semuanya… Aku ingin tahu mengapa  ibu mau menyentuh dan mengusap wajah tidak sempurna mereka, mengapa ibu  rela menghabiskan begitu banyak waktu untuk mereka, dan mengapa ibu mangajakku ke sana…

6 comments:

lia aulia said...

lo bkin cerpen mulu si me di multiply...


sgitu "banyak"nya kerjaan lo..

:b

amelya oktavia said...

hauhaahha.. biarin aja sih!??! LO juga comment mulu di multiply. "sibuk" bgt tuh kayaknya kerjaan lo...

lia aulia said...

comment kn cm nyampah g sbyk tlsan lo itu..
heuahahahaha

amelya oktavia said...

namanya juga curhat,li'. disempet-sempetin kapan aja.. hauahahaha;p

ginatri noer said...

Hmm... Lo udah nanya ke nyokap bokap lo kan Me? Just to make sure... Inget Me, skeptis! The truth is out there.. Hehehe :p

Maddy Pertiwi said...

Yah Me,,, Gw jadi inget waktu kakek gw masih jadi kepala kantor di Malang,,, Kapan2 gw tulis ah hehehe