Tuesday, May 20, 2008

Berpikir kembali

Telepon ditutup.

Dengan suara yang agak lemah, dia berkata kepada kami, "Ali Sadikin Meninggal..."

Wawancara itu pun tidak lantas kami lanjutkan. Sekitar sepuluh menit dia hanya diam, memutar-mutar telepon genggamnya sambil menatap tajam ke layar televisi yang menayangkan peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional di televisi... 

"Siapa lagi yang tersisa?" tanya Mas Hanung. Kini giliran kami yang terdiam. Gue berpikir keras untuk menyebutkan satu nama saja yang pantas untuk disejajarkan dengan Almarhum. Sia-sia. Usaha itu cuma berputar-putar dalam otak gue, tanpa bisa berhasil gue keluarkan dalam wujud kata.

2 Hari yang lalu, dalam perjalanan menuju Kemang pun Bokap mengungkapkan hal yang kurang lebih sama. Jarang sekali Bokap mau bercerita tentang perasaan atau kejadian yang dialami ke gue. Agak aneh emang, hubungannya. Tapi begitulah...

Siang itu dia bercerita betapa ia merasa jantungnya berhenti sepersekian detik. Kala itu, usai menyaksikan kekalahan tim piala Thomas Indonesia, ia segera mengganti saluran televisi. Ia pun menyaksikan sebuah dokumenter mengenai bagaimana Kekayaan alam negeri ini dikeruk sedemikian rupa oleh orang-orang asing melalui perusahaan-perusahaan raksasa mereka. Diceritakan juga bagaimana kita harus membeli minyak milik kita sendiri dengan harga berkali lipat dari perusahaan-perusahaan asing tersebut. Konyol sekali. Seketika itu pula, Bokap merasa tubuhnya melemas, dan jantungnya serasa berhenti sepersekian detik. Dia sedih, kecewa, dan menangis di dalam hati melihat begitu ironisnya keadaan bangsa ini.

Lagi, gue pun memutar otak. Berpikir keras untuk bisa mengeluarkan pikiran ini ke dalam sebuah susunan kalimat yang tepat. Otak gue dipenuhi dengan fakta-fakta yang sama, dan bahkan jauh lebih banyak dan lebih mengerikan dari yang bokap denger. Fakta-fakta yang bikin gue menangis, ketika menyaksikan orang-orang di televisi itu menyebut Soeharto sebagai pahlawan bangsa...

Sulit rasanya untuk sekedar menceritakan ini ke Bokap...

Lagi, fakta-fakta itu cuma berputar-putar dalam otak gue, tanpa berhasil gue keluarkan dalam bentuk kata-kata.  

1 comment:

n@ruto sOe said...

yah memang begitu kurasa. waktu terus berjalan dan manusia tak dapat menggati apa yg sudah terjadi. barangkali kita yg masih mempunyai 'sedikit' waktu ini bisa bercermin dan belajar. ....