“ She'll only break your heart, it's a fact. And even though I warn you, even though I guarantee you that the girl will only hurt you terribly, you'll still pursue her. Ain't love grand? “
-great expectations, the movie-
Sebagai bahan dalam pembuatan skripsinya, salah seorang teman mewawancarai seorang wanita paruh baya yang merupakan korban dari kekerasan dalam rumah tangga. Ceritanya cukup panjang dan tragis, dan gak mungkin gue certain di blog on line macam ini. Intinya, peremppuan ini telah mengalami berbagai bentuk kekerasan oleh suaminya, baik dalam bentuk fisik maupun psikologis.
Bentuk-bentuk kekerasannya sangat parah, hingga seandainya kekerasan tersebut merupakan bagian darri sebuah film, gue jamin gak akan lulus sensor. Apalagi sensor di Indonesia, pasti gak akan tayang filmnya. Huehheehe;p
Singkat cerita si perempuan akhirnya bercerai dengan sang suami.
Namun beberapa tahun kemudian, tak dinyana sang perempuan menyatakan bahwa ia bersedia menerima sang mantan suami kembali. Setelah sempat bercerai, mereka pun rujuk.
Temen gue yang merupakan penganut ajaran ‘girl power’ ini pun gak habis pikir bagaimana sang perempuan bisa menerima suaminya kembali setelah berbagai siksaan yang telah diterimanya. Mengapa si perempuan bisa menerima sang suami kembali?
“Cinta” katanya.
Sebuah jawaban yang bikin temen gue semakin terheran–heran. “Huah?!? Cinta?!?!? Tapi tetep aja kali, kalo udah disiksa seperti itu… cinta itu juga harus pake logika… “
Lalu si perempuan kembali menjawab
“Yah, kalo udah pake logika itu namanya bukan cinta…”
Ketika mendengarnya gue cuma bisa bengong keheranan…
Gila’. Segitunya ya kalo orang udah jatuh cinta? Absurd. Gak logis. Stupid.
1 comment:
hahaha.. ya begitulah.. rasain sendiri deh makanya.. hehehe
tapi cinta itu gak bego me.. cuman gak logis..
Post a Comment