Tuesday, July 22, 2008

vacation week: bali part III

DAY 3, July 17th 2008

Dolphin hunter

Hari datang lebih awal bagi kami bertiga di hari ketiga kami di Bali. Pukul 02.00 waktu Bali, Riri sudah membangunkan saya dan Fittri untuk bersiap-siap. Hari ini kami akan menuju sebuah perairan di Utara Bali, dimana kami bisa berdekatan dengan lumba-lumba di lautan lepas.

Guide kami datang tepat pukul 03.30. Sangat pagi. Maklum saja, perjalan dari legian ke lovina bisa mencapai 2 sampai 2,5 jam, dan lumba-lumba biasanya banyak berkumpul di perairan ini saat matahari terbit. Entah kenapa, mungkin mereka juga banci sunset seperti saya.. Huehhe;p

Di luar dugaan, perjalanan menuju lovina pada dini hari tidak kalah eksotisnya. Dari kaca mobil yang saya tumpangi, saya bbisa melihat jelas bagaimana indahnya bulan purnama yang terpajang indah diantara lekukan-lekukan perbukitan dan siluet dari rumah-rumah warga khas bali… Dan kettika kami melewati sebuah danau, mata saya yang mengantuk ini pun tiba—tiba tersa sangat bersemangat menyaksikan keindahan alam ini.

Wow. Pernahkah saya melihat cahaya bulan purnama yang terapit diantara dua bukit yang sangat besar, dan bintang-bintang yang tersebar luar biasa indah diatas langitnya terpantul dari air yang sedikit bergelombang tepat di sebuah danau di bawah bukit?

Saya rasa tidak pernah. It was amazing…

Perjalanan kami lanjutkan setelah sempat berhenti sejenak di pinggir danau. Jalan yang kami lalui pun berkelok-kelok. Sambil menunggu tempat tujuan, kami pun tertidur.

Tak lama, mata saya terasa tertusuk-tusuk cahaya hangat matahari, seolah ia ingin membangunkan saya dan memberitahu bahwa kami telah tiba di tempat tujuan. Ketika saya membuka mata, pengemudi mobil sekaligus guide kami terlihat turun dari mobil untuk berbicara kepada beberapa orang lokal di pinggir jalan. Rupanya ia mencari informasi di mana kami bisa memperoleh jasa pelaut untuk melihat lumba-lumba yang tidak terlalu mahal. Setelah bertanya, pengemudi kami kemudian mengarahkan kendaraannya masuk ke dalam sebuah gang yang cukup lebar untuk dilewati sebuah mobil mini bus. Dan di sana, kami bertemu dengan Putu. Penduduk lokal, yang biasa mengantar para wisatawan untuk melihat lumba-lumba di perairan lovina. Dan ia, memberikan tariff yang cukup reasonable untuk kantong mahasiswa macam kami, 60 ribu rupiah.

Perahu motor Putu pun segera beranjak dari bibir pantai menuju lautan lepas, membawa kami untuk lebih dekat dengan para lumba-lumba. Sejujurnya, saya agak sedikit takut. Jujur saja, saya tidak pernah benar-benar menyukai laut, sama seperti saya tidak pernah benar-benar menyukai pesawat terbang. Tapi, pagi itu saya merasa bersemangat sekali. Berkali-kali saya arahkan kamera handycam ke ujung perahu yang  terlihat memecah air laut. Keren juga, berada di kapal motor kecil seperti ini, pikir saya… Saat itu terdengar Putu yang memberi tahu bahwa saya harus mengarahkan kamera saya ke belakang. “lihat matahari terbit” katanya.

Kamera handycam saya arahkan ke belakang. Tepat di ujung daratan, matahari terlihat mulai mengintip dari balik bukit. “ Itu dia si matahari. Matahari yang semalam bersembunyi dan memantulkan cahayanya ke bulan.. “ pikir saya .  Tau tidak? Kalau seharusnya saya merasa iri kepada matahari? Karena bahkan ketika dia sedang break, kerjaannya di bumi masih bisa berjalan dengan baik melalui asistennya si bulan. Tidak seperti saya. Ketika saya break sebentar  dari peerjaan, eh malah gak ada yang bener jalannya  ... Sepuluh menit setelah meninggalkan pantai, mulai terlihat puluhan kapal-kapal motor kecil sejenis berkumpul. Rupanya mereka juga berburu lumba-lumba. Tak lama, kami pun melihat sekumpulan lumba-lumba yang melompat-lompat kegirangan ke atas air. Hua..! Senang sekali saya melihatnya!

Tapi, kesenangAn itu tidak berlangsung lama. Baru beberapa detik saya menikmati lumba-lumba yang meompat-lompat tiba-tiba terdengar satu suara perahu motor mendekat, kemudian beberapa suara perahu motor lainnya yang menuju ke arah. Mendengar suara-suara itu, gerombolan lumba-lumba itu pun segera pergi. Huuu… payah! Terpaksa Putu harus mengarahkan perahunya ke titik lain di mana ia bisa membawa kami untuk menemukan lumba-lumba.

Snorkle

Setelah puas melihat lumba-lumba, kami kembali ke darat. Dalam perjalanan, Putu menawarkan untuk snorkeling melihat kumpulan terumbu karang di perairan tersebut. Fitri dan riri tidak tertarik. Cuma saya yang bersemangat. Akhirnya, setelah sarapan sebentar, saya dan putu segera kembali ke tengah lautan untuk snorkeling.

Ok. Ini untuk pertama kalinya saya snorkeling. Dalam keadaan normal saya tidak pernah mau melakukannya. Seperti yang saya bilang tadi, saya tidak pernah benar-benar menyukai lautan. Tapi liburan kali ini saya harus melakukannya. Jadi, biarpun seorang diri saya tetap excited.

Putu memperlihatkan kepada saya beberapa tekhnik sebelum mulai menyentuh lautan. Saya tidak biasa bernafas dengan mulut sehingga beberapa kali air laut yang asin itu masuk ke dalam mulut saya. Lumayan juga rasanya. Seperti air garam.. huhehe..;p Setelah mulai faseh bernafas dalam air, saya dan putu mulai menjelajah lautan karang.

Dari kacamata saya, terlihat ikan-ikan lucu berseliweran di antara bunga-bunga karang berwarna abu-abu dengan garis-garis putih cerah, dan bintang laut berwana biru tua stabilo. Seru sekali melihat mereka secara langsung. Jauh lebih seru ketimbang melihatnya di National Geographic, meskipun kalau dibandingkan dengan taman-taman laut yang pernah ditayangkan channel tersebut (bunaken dkk), taman laut di perairan lovina tidak begitu bagus. Beberapa kali tangan saya berhasil menyentuh tubuh ikan-ikan lucu yang heboh bersemangat ketika saya mengeluarkan makanan…

Setelah lelah berada di antara terumbu karang, saya dan putu kembali ke daratan.  Karena pantai yang menjadi pelabuhan kami tidak memiliki fasilitas kamar mandi, Putu menyarankan agar saya menyewa kamar mandi di komplek penginapan dekat pantai. Penjaga penginapan kemudian mengantar saya ke sebuah kamar kosong yang kelihatannya tidak terpakai. Pertama kali melihatnya, kamar itu terasa sedikit horror. Bayangkan saja, kamar itu berdekorasi Bali dan tidak bertempat tidur. Hanya sebuah lukisan gadis bali terpampang di sebuah sisi dindingnya. Kamar mandinya lebih menyeramkan lagi.

Gelap gulita.

Saya melihat sekeliling… Ternyata saklarnya belum di tekan.

Sial.

Udah parno aja… Huehehe;p

Setelah lampu menyala, dengan hati-hati saya menyalakan kran shower. Oke. Berfungsi normal. Saya meyalakan keran lebih kencang lagi. Air pun mengalir lebih deras. Dan seketika itu, lubang air mulai bergerak-gerak. Dengan waspada saya memperhartikan gerakan –gerakan itu, dan BAM! Dua ekor kodok muncul dari lubang air!!! Aaaaa!!!! Saya benci kodok! Mereka jelek, menggelikan dan menyebalkan karena sudah membuat saya terkejut luar biasa!

Rasa geli dan jijik setelah melihat dua ekor kodok masih terbayang di benak saya ketika mobil meninggalkan pantai lovina. Kami kemudian melewati jalan-jalan kecil dan rapih menuju air terjun. The thing about the waterfall is, adalah karena kami bertiga agak terobsesi dengan videoklip nya Jason Mraz yang Im Yours. Apalagi si Fitri. Cita-citanya adalah melompat dari atas tebing air terjun, kemudian berenang dengan okenya di genangan air jernih di bawahnya. Huahaha…. Fitri.. fitri…;p

The Monkeys

Beberapa ratus anak tangga dan areal persawahan harus kami lalui dengan berjalan nkaki untuk menuju air terjun. Dan kaki saya mulai terasa tidak normal. Meskipun begitu, saya tetap melanjutkan perjalanan.  Ketika tiba di pancuran air terjun, saya merasa benar-bener rileks. 

Finally!  



Beberapa menit kami habiskan hanya sekedar untuk merendam kaki di air yang jernih dan dingin, tepat di bawah tumpahan air. Sisa waktu lainnya, kami habiskan untuk berfoto. Saking lelahnya, senyum saya di foto jadi kurang maksimal… huehhe;p


Dalam perjalanan menuju danau (yang saya lupa namanya) kami berhenti sejenak untuk memberi makan para kera di pinggir jalan. Banyak sekali kera-kera di sini. Kata guide kami, kera-kera di sini sangat sopan, jauh lebih sopan jika dibandingkan dengan kera berandalan di daerah sangeh atau uluwatu yang hobinya merampas milik manusia. Heuhehe.. benar saja. Seekor kera gemuk dan rakus, menarik-narik ujung celana pendek saya dengan halusnya. Hihihi.. lucu sekali. Saya agak jual mahal kepada si kera. Maklum, beberapa saat sebelumnya seortang turis Jepang mengeluhkan kera tersebut karena ia tak henti-hentinya memakan makanan yang ia tujuakan untuk kera lain. Parahnya, si kera gendut ini tidak pernah berhenti makan. Im telling you.. she’s not a quiter   Rupanya, kera-kera di sini terbagi dalam beberapa kelompok. Masing- masing kelompok memiliki ketuanya masiong-masing. Dan masing-masing kelompok juga memiliki giliran untuk mendapatkan makanan dari para turis yang memberi makan. Ajaibnya, kelompok-kelompok ini patuh menunggu giliran mereka. Dan ketua mereka, juga cukup bertanggung jawab. Mereka tidak menerima makanan ketika sedang bertugas. Huehehe.. itu menjelaskan kenapa ada seekor kera yang tidak pernah mau menerima makanan dari para wisatawan, padahal dia kerap kali mendekati para turis, dan mengusir seekor anjing yang selalu memakan makanan apapun yang luput dari tangkapan para kera. Hebat…

What a view

Guide kami mengarahkan mobil ke sebuah tempat di mana kami bisa duduk-duduk dan beristirahat sejenak setlah lelah melkuakn berbagai aktivitas alam. Dari sebuah bukit yang terletak tepat di depan danau tersebut, lagi-lagi kami melihat pemandangan yang luar biasa.

Beberapa ratus meter dari danau bedugul, terdapat dua buah danau yang terpisahkan oleh daratan yang ditumbuhi oleh ribuan pepohonan. Saya tidak pernah sadar akan hal ini, meskipun ini adalah kali ke-sekian saya melewatinya. Dulu, saya selalu berpikir bahwa danau ini adalah satu bagian. Ternyata saya salah. Uniknya lagi, diantara dua danau ini terdapat sebuah laguna… sayang, dari tempat saya berdiri ketika memotret keindahaan alam ini di pikiran saya, saya tidak bisa melihatnya karena tertutup pepohonan…

Setelah seharian menjelajah wilayah Bali utara, kaki saya benar-benar collapse. Belum lagi sura yang tiba-tiba menghilang. Malam harinya, ketika Riri dan Fitri mengajak berbelanja oleh-oleh di sepanjang Legian, saya tidak berkutik. Terpaksa saya harus kembali ke hotel. Berendam aiir hangat dengan ramuan aroma theraphy tradisional Bali, minum obat, dan teronggokdi atas tempat tidur sambil menyaksikan sinetron. Pathetic… Hauahhaa..;p Untungnya saya masih menyimpan sedikit semangat. Menjelang tengah malam, kami bertiga berhasil keluar dari hotel dan bertemu beberapa teman lama kami yang ternyata sekarang tinggal di Bali.

Maka, malam terakhir kami di pulau dewata kami habiskan dengan makan malam sambil bernostalgia masa-masa kuliah broadcast…

What a day…

5 comments:

dnda . said...

wuah..serunya..btw, mana foto2nya??

Maddy Pertiwi said...

Bu!!!! Liat ya foto2nya hehehe. Gw makin bersemangat untuk pergi ke Bali nih!!!

amelya oktavia said...

bentar ya, sedang dalam proses. huehehe...;p

Riri Jundarso said...

pengen balik lagiiiiiii!!!
hahahahahaha!!

amelya oktavia said...

YUK!!!!!!!!!