Wednesday, July 23, 2008

Vacation week: Yogyakarta

You’re asking me will my love grow

I don’t know, I don’t know

You stick around and it may show

I don’t know,   don’t know…

 

Lirik lagu something tadi mengalun begitu saja dari mulut saya, saat sang pengamen mulai memainkan musik gubahan The Beatles ini dengan gitar dan harmonikanya. Dari potongan rambut dan kacamatanya, saya bisa menduga bahwa sang pengamen adalah fans berat The Beatles. Karena itulah, kemudian saya memintanya untuk memainkan lagu favorit saya tadi.

 

Hal seperti ini yang sangat saya sukai dari kota Yogyakarta. Ke manapun anda melangkah, kemanapun anda melihat, sense of art-nya sangat terasa.

 

Saya menghabiskan waktu 3 hari di kota pelajar ini. Tidak untuk liburan, tetapi untuk menyelesaikan pekerjaan yang sempat saya selak karena terlanjur memesan tiket ke Bali. Sehingga waktu keberangkatan saya ke Jogja juga amat dekat dengan waktu liburan express saya sehari sebelumnya.

 

Setibanya saya di yogyakarta setelah melakukan perjalan selama 8 jam dengan kereta api, saya langsung menuju kediaman salah seorang teman. Setelah bercakap-cakap selama sekitar dua jam, ia kemudian menemani saya untuk mencari penginapan. Di tengah perjalan, saya meminta teman saya ini untuk menghentikan laju Honda cb 100nya untuk menikmati kue lupis tradisional. Kue ini adalah salah satu favorit saya..

 

Menyantap kue lupis, memutar memori saya kembali ke beberapa tahun yang lalu ketika saya masih tinggal di Kota malang. Setiap pagi saya selalu membeli kue lupis dari seorang ibu yang menjajahkan kue lupisnya di pasar depan rumah. Si ibu selalu memakai kebaya brokat sederhana, kain serta kain lap putih berukuran cukup besar di pahanya ketika ia duduk. Kain ini berfungsi sebagai celemek, lap tangannya setelah ia selesai melayani pra pelanggannya…

 

Ajaibnya, ibu penjual lupis di Jogja ini juga berpenampilan sama. Wuah, senang sekali. Rasanya seperti kembali ke beberapa tahun lalu di kota Malang… heuehhe;p

 

Tiga hari berada di sini lebih banyak saya pergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan, mencari pemain-pemain untuk memerankan karakter-karakter dalam film saya selanjutnya yang akan mengambil lokasi di kota Jogja. Tapi, terimakasih atas kemurahan hati teman-teman baru saya di sela-sela kesibukan toh saya masih bisa menikmati kuliner menyenangkan khas Jogja. Setiap pagi, mas Budi, teman baru saya dengan baiknya mengantarkan sarapan khas Jogja ke hotel. Mungkin dia sangat mengerti bahwa sarapan hotel yang ala bule itu tidak terlalu cocok dengan selera saya yang Indonesia banget dalam masalah makanan. Ada kalanya, mas Budi mengantarkan saya untuk menikmati sarapan di beberapa sudut kota Jogja.

 

Love it!  

I could stay forever in a city that have great taste of food... lol

 

 

 

 

 

 

 

3 comments:

Maddy Pertiwi said...

Yogya gak ada matinya Me!!! Gw masih terkenang jalan2 gw di Yogya 6 tahun lalu en masih pengen balik kesana,,, Setelah Bali hehehe

amelya oktavia said...

Iya,mef... gw pengen banget nonton ramayana ballet di prambanan. Katanya keren bgt gt tata lampunya...

ginatri noer said...

Ngiri! :(